MATERIALITAS
Sumber : Arens, Alvin A., Elder, Randal J.,
Beasly, Mark S. 2001. Auditing and
Assurance Services – An Integrated Approach 9th edt. New Jersey:
Prentice Hall International, Inc.
Tanggung
jawab Auditor, adalah menentukan apakah laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian yang Material. Materialitas
adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang
harus dikeluarkan.
Jika Auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang
Material, maka ia akan menunjukkannya pada klien sehingga suatu koreksi atas
kesalahan tersebut dapat dilakukan.
Ada tujuh ( 7 ) Fase Materialitas dan Resiko, yaitu :
- Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
- Memahami bisnis dan industri klien
- Menilai Risiko bisnis klien
- Melaksanakan prosedur analitis awal
- Menetapkan materialitas dan menilai risiko akseptibilitas audit serta risiko inheren
- Memahami pengendalian intern dan menilai risiko pengendalian
- Menyusun seluruh rencana serta program audit
Dalam penerapan Materialitas tersebut ada lima tahap yang
perlu diketahui, yaitu :
a.
Perencanaan tentang rentang uji
audit :
- Menetapkan Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
- Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini ke
dalam segmen-segmen
b. Evaluasi Hasil :
- Mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
- Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan
- membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat materialitas.
Penetapan suatu pertimbangan awal
tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti
audit yang memadai yang harus dikumpulkan.
Materialitas lebih merupakan konsep yang Relatif bukannya
Absolut.
Kesalahan penyajian atas besaran tertentu mungkin saja
bersifat material bagi perusahaan skala kecil, sedangkan kesalahan penyajian
dengan jumlah dolar yang sama, bagi perusahaan lainnya yang berskala besar,
dapat bersifat tidak material.
Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk mengevaluasi
tingkat Materialitas
Laba bersih sebelum pajak, umumnya merupakan dasar
pertimbangan utama yang dipergunakan untuk menentukan tingkat materialitas,
karena item ini dianggap sebagai item penting dalam penyajian informasi kepada
para pengguna laporan.
Faktor-faktor Kualitatif mempengaruhi Tingkat Materialitas
- Nilai-nilai yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap
lebih penting dari pada
sejumlah nilai yang sama tetapi yang diakibatkan oleh
kekeliruan yang tidak disengaja
karena perbuatan tersebut merefleksikan kejujuran serta
reliabilitas manajemen atau
karyawan yang terlibat.
- Kesalahan penyajian yang kecil dapat bersifat material jika
terdapat kemungkinan timbulnya berbagai konsekuensi atas sejumlah kewajiban
kontrak.
Mengalokasikan Pertimbangan awal tingkat Materialitas segmen
Jika auditor telah memiliki pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas tiap segmen, pertimbangan tersebut akan sangat membantu auditor
dalam memutuskan bukti audit apa yang tepat untuk dikumpulkan.
Ada tiga kesulitan utama dalam
upaya mengalokasikan tingkat materialitas ke akun-akun neraca yaitu :
- auditor memiliki ekspektasi
bahwa sejumlah akun tertentu mengandung lebih
banyak salah saji dari pada akun-akun lainnya
- Baik salah saji lebih, maupun
salah saji kurang harus tetap dipertimbangkan
- Biaya-biaya audit secara relatif mempengaruhi
pengalokasian.
Mengestimasi Nilai salah saji serta membandingkannya dengan
nilai Pertimbangan Awal.
Pada saat auditor melaksanakan sejumlah prosedur audit bagi
setiap segmen audit, maka kertas kerja haruslah dipelihara untuk mencatat semua
salah saji yang
diketemukan. Berbagai salah saji ini dipergunakan untuk
melakukan estimasi atas total salah saji yang terkandung dalam persediaan.
Estimasi salah saji tersebut dihitung berdasarkan uji-uji
audit yang sebenarnya,
Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji adalah
dengan membuat suatu proyeksi langsung dari sampel yang ada pada populasi,
serta dengan menambahkan suatu estimasi atas sampling error.
Metodologi sampling disediakan untuk penentuan suatu gabungan
sampling error yang akan membuat nilai salah saji maksimum ini akan masuk dalam
pertimbangan auditor.
RISIKO
Risiko dalam auditing berarti bahwa
auditor menerima suatu tingkatan ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan
audit. Auditor menyadari, misalnya, bahwa ada ketidakpastian mengenai
kompetensi bahan bukti, efektif struktur pengendalian intern klien, dan
ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah tersaji secara wajar
setelah audit selesai
Seorang auditor yang efektif
menyadari bahwa risiko-risiko ada dan akan menangani dengan sepantasnya.
Kebanyakan dari risiko tersebut sukar diukur dan memerlukan penanganan yang
hati-hati dan seksama. Misalkan, kalau auditor menyadari bahwa bidang industri
sebuah klien mengalami perubahan teknologi besar-besaran, yang tidak saja
mempengaruhi klien tadi, tapi juga pelanggannya.Ini akan menyebabkan usangnya
persediaan klien, mempengaruhi kolektibilitas piutang usaha, bahkan dapat
mempengaruhi kesinambungan usahanya. Bagaimana auditor menangani
risiko-risiko ini dengan pantas adalah sangat penting dalam menjaga mutu suatu
audit.
Model Resiko Audit
Cara auditor menangani masalah risiko
dalam tahap perencanaan pengumpulan bahan bukti. Terutama adalah dengan
menggunakan model risiko audit. Literatur profesional yang menjadi sumbernya
adalah PSA 26 untuk uji petik dan PSA 25 untuk materialitas dan risiko.
Model resiko audit digunakan terutama
untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus
dikumpulkan dalam tiap siklus.
PDR
= AAR
IR x CR
Dimana :
PDR =
Risiko penemuan yang direncanakan (Planed Detection Risk)
AAR =
Risiko audit yang dapat diterima (Accceptable Audit Risk)
IR =
Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR =
Risiko pengendalian (Control Risk)
Resiko Penemuan yang direncanakan
Risiko penemuan yang direncanakan
adalah risiko bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan
salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji
semacam itu timbul. Ada dua hal penting mengenai risiko penemuan yang
direncanakan diatas: pertama ia tergantung pada 3 unsur risiko lain dalam
model.Risiko penemuan yang direncanakan hanya akan berubah kalau auditor
mengubah salah satu unsur lainnya. Kedua, risiko penemuan yang direncasnakan
menetukan besarnya rencana bahan bukti yang akan dikumpulkan, dalam hubungan
yang berlawanan. Kalau nilai risiko penemuan yang direncanakan diperkecil,
auditor harus mengumpulkan bahan bukti yang lebih banyak dalam audit.
Resiko Bawaan
Risiko bawaan adalah penetapan
auditor akan kemungkinan adanya salah uji dalam segmen audit yang melewati
batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian
intern. Risiko bawaan adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap salah
saji yang material, dengan asumsi tidak ada pengendalian intern.
Hubungan risiko bawaan dengan risiko
penemuan serta rencana penumpulan Bahan buikti adalah risiko bawaan sifatnya
berbanding terbalik dengan risiko penemuan, dan berbanding lurus dengan bahan
bukti.
Resiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah ukuran
penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen
audit yang melewati batas toleransi ,yang tak terditeksi atau tercegah oleh
struktur pengendalian intern klien. Risiko pengendalian mengandung unsur (1)
penetapan apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk
mendeteksi atau mencegah kekeliruan Dan (2) keinginan auditor untuk membuat
penetapan tersebut dibawah nilai maksimum (100%) dalam rencana audit.
Seperti risiko bawaan ,hubungan
risiko pengendalian dengan risiko penemuan adalah berbanding terbalik ,
sementara dengan bahan bukti adalah bebanding lurus.
Sebelum auditor dapat menetapkan
tingkat risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100% ia harus melakukan 3 hal
: memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien,mengevaluasi
seberapa baik struktur tersebut seharusnya berfungsi berdasasrkan pemahaman
yang diperoleh dan melakukan pengujian atas efektifitas pengendalian. Hal
pertama berhubungan dengan menumbukan pemahaman terhadap perusahana klien yang
diperlukan untuk keseluruhan audit. Dua lainnya adalah langkah menetapkan
risiko pengendalian harus diambil jika auditor menginginkan untuk menetapkan
angka risiko pengendalian dibawah maksimum. Bila auditor memilih untuk tidak
menetapkan risiko pengendalian dibawah nilai maksimumnya,risiko pengendalian
harus dicatat 100% tanpa melihat efektifitas aktual struktur pengendalian
internnya.(dengan asumsi risiko bawaan tinggi)
Resiko Audit yang Dapat Diterima
Adalah ukuran ketersediaan auditor
untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara material walaupun audit
telah selesai dan pendapatan wajar tanpa pengecualian telah diberikan.
Seringkali auditor menggunakan
istilah keyakinan audit, keyakinan menyeluruh, atau tingkatan keyakinan,adalah
istilah risiko audit yang dapat diterima.
Mengubah Resiko Usaha atau Resiko Audit yang Dapat Diterima Karena Usaha
Risiko usaha adalah tingkat resiko
bahwa auditor atau kantor akuntan publik akan menderita kerugian yang
diakibatkan hubungan dengan klien, walaupun laporan audit yang diberikan sudah
pantas.
Tingkat
ketergantungan pemakai pada laporan keuangan
Kalau pemakai memiliki ketergantungan
yang besar pada laporan keuangan ,dengan sendirinya risiko audit perlu diperkecil.
Beberapa faktor dapat dijadikan petunjuk tingkat ketergantungan pemakai pada
suatu laporan keuangan :
- Ukuran perusahan klien.
- Distribusi kepemilikan,
- Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan
Kemungkinan akan adanya
kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit diterbitkan, bila
klien terpaksa dinyatakan pailit setelah audit selesai ,besar kemungkinan
auditor akan diminta untuk mempertahankan kualitas audit yang dilaksanakan.
Sulit bagi auditor untuk meramalkan kesulitan
keuangan sebelum benar-benar terjadi, namun beberapa indikator dapat yang
dicatat:
- Posisi likuiditas
- Laba(rugi) tahun sebelumnya
- Metode pertumbuhan pembiayaan
- Sifat operasi klien
- Kompetensi manajemen
Evaluasi auditor atas integritas
manajemen
Menetapkan Resiko Audit yang Dapat Diterima
Auditor harus menyelidiki kondisi
klien dan menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat ketergantungan
pemakai ekstern terhadap laporan ,kemungkinan kegagalan keuangan setelah audit
selesai,dan integritas manajemen. Demikian pula, prosedur analitis pendahuluan
berguna untuk mengevaluasi kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
berdasarkan penyelidikan dan penetapan ini, auditor akan dapat menentukan
risiko audit yang dapat diterima tentatif dan sangat subjektif bahwa laporan
keuangan akan berisi salah saji material setelah audit selesai..
Resiko Bawaan
Pada awal audit tidak
banyak yang bisa diperbuat untuk mengubah resiko bawaan. Fakto-faktor utama
dibawah ini harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan :
- Sifat bidang usaha klien
- Integritas manajemen
- Motivasi klien
- Hasil audit sebelumnya
- Penugasan pertama atau penugas ulang
- Hubungan istimewa transaksi tidak rutin
- Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun padahal akun dan transaki secara benar
- Kerentanaan terhadap kecurangan
- Unsur-unsur populasi
Sifat Usaha Bidang Klien
Risiko bawaan dalam beberapa hal
dipengaruhi oleh sifat bidang usaha dari perusahaan klien sendiri.misalnya, akan
lebih besar kemungkinan usangnya persediaan pada pabrik elektronika daripada
peleburan baja. Risiko bawaan tiap jenis usaha akan lebih bervariasi pada akun
seperti persediaan,piutang usaha ,piutang pijaman,tanah dan bangunan. Sifat
usaha ini akan kurang pengaruhnya untuk akun kas,wesel tagih dan utang hipotek.
Integritas Manajemen
Jika manajmen didominasi satu atau
beberapa orang yang integritasnya kurang, maka kemungkinan bahwa laporan
keuangan disalah sajikan akan lebih besar. Seringkali manajemen memilikki
tingkat integritas tertentu yang memadai tetapi tidak dapat disebut jujur dalam
semua hal. Auditoir harus mengevaluasi dahulu apakah ia akan menerima penugasan
dari klien semacam itu, jika ya, darus ditetapkan tingkat risiko bawaan yang
tinggi untuk semua segmen dalam penugasan untuk menguji kemungkinman salah saji
yang disengaja.
Motivasi Klien
Dalam situasi tertentu manajemen
dapat merasa bahwa akan lebih menguntungkan mensalah sajikan laporan keuangan.
Juga,perlu dipertimbangkan motivasi untuk mengurang sajikan laba sebelum pajak
untuk mengurangi pajak yang harus dibayar. Jadi kalau manajemen tidak memiliki
integritas yang tinggi, motivasi tertentu bisa membuat mereka mensalah sajikan
laporan keuangan
Hasil Audit Sebelumnya
Salah saji yang terjadi pada audit
sebelumnya memiliki kemungkinan untuk terjadi lagi dalam audit tahun berjalan.
Ini disebabkan beberapa salah saji mempunyai sifat yang sistematis dan
organisasi cenderung lamban melakukan pengubahan untuk mengatasinya. Maka
auditor harus dianggap lalai jika tidak memperhatikan hasil audit tahun
sebelumnya dalam audit program tahun berjalan. Akan tetapi kalau pada beberapa
tahun sebelumnya tidak ditemui salah saji apapun, auditor dibenarkan untuk
mengurangi risiko bawaan, dengan catatan tidak ada perubahan keadaan yang
relavan.
Penugasan Pertama atau Penugasan Ulang
Auditor akan memiliki penetahuan dan
pengalaman mengenai kemungkinan terjadinya salah saji setelah mengaudit sebuah
klien untuk beberapa tahun. Kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan yang
tinggi pada penugasan pertama, dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya
setelah memperoleh pengalaman.
Hubungan Istimewa
Transaksi antar induk perusahaan
dengan anak perusahaan atau antar perusahaan dengan pribadi manajemen adalah
contoh hubungan istimewa seperti yang didefinisikan PSAK 7. transaksi yang
dilakukan dua pihak yang independen dan dilaksanakan secara normal tidak
termasuk dalam definisi ini. Dalam hal transaksi semacam ini terjadi , auditor
harus meningkatkan risiko bawaan klien yang bersangkutan.
Transaksi Tidak rutin
Transaksi yang tidak biasa akan lebih
besar kemungkinannya untuk tidak dicatat dengan benar karna kurangnya
pengalaman klien dalam penanggannya. Contohnya adalah kerugian karena
kebakaran, pembelian tanah dan bangunan yang besar atau persetujuan sewa guna
usaha.
Pertimbangan yang Diperlukan Untuk
Mencatat Saldo dan Transaksi Secara Benar
Banyak
akun yang melibatkan estimasi dan pertimbangan manajemen. Contohnya adalah
penyisihan piutang tak tertagih,usangnya persediaan ,kewajiban pembayaran
bergaransi ,dan cadangan kredit tak tertagih . demikian pula transaksi
perbaikan besar-besaran atau pergantian aktiva merupakan contoh diperlukannya
pertimbangan untuk mencatat transaksi dengan benar.
Kerentanan Terhadap Kecurangan
Auditor
perlu mempertimbangkan risiko akan adanya kecurangan dalama situasi dimana
relatif mudah untuk memindahkan aktiva perusahan menjadi milik pribadi. Kalau
ini terjadi risiko bawaan harus ditingkatkan
Unsur-unsur Populasi
Unsur-unsur
individual yang membentuk populasi seringklai mempengaruhi ekspektasi salah
saji yang material. Transaksi dengan perusahaan afiliasi,piutang karyawan,
pembayaran utang lewat kas dan piutang usaha yang belum tertagih beberapa bulan
adalah contoh situsasi yang membutuhkan risiko bawaan tinggi, dan karenanya
penelaah lebih seksama karena lebih tingginya kemungkinan terjadi salah saji
dari pada transaksi biasa.
Penetapan Resiko Bawaan
Auditor
harus mengevaluasi faktor-faktor diatas dan memutuskan tingkat risiko bawaan
yang pantas untuk setiap siklus,akun dan seringkali untuk tiap tujuan audit.
Walaupun profesi auditing tidak membuat pedoman atau norma penetapan risiko
bawaan, dipercaya bahwa kebanyakan auditor mengambil langkah konservatif dalam
penetapannya. Bila dalam audit atas persedian auditor menemukan bahwa, (1)
sejumlah besar saah saji ditemukan pada audit sebelumnya dan (2) perputaran
persediaan lambat pada tahun berjalan. Kebanyakan auditor dalam kondisi ini
akan menetapkan risiko bawaan yang
tinggi(100%) untuk tiap tujuan audit yang berhubungan dengan persediaan.
Mendapatkan Informasi untuk Menentukan
Resiko Bawaan
Auditor
mulai menetapkan risiko bawaan selama tahap perencanan dan memutakhirkan
penetapan disepanjang audit. Pada saat auditor melaksanakan berbagai pengujian
audit, informasi tambahan yang diperoleh seringkali mempengaruhi penetapan
awal.
Menilai Resiko Kecurangan
Untuk memenuhi standar audit, lebih
penting bagi auditor untuk menilai resiko dan memberikan respon kepadanya
daripada hanya mengidentifikasikan mereka sebagai resiko akseptibilitas audit,
resiko inheren atau resiko pengendalian. Untuk menilai resiko kecurangan,
auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan luasnya keberadaan kondisi
kecurangan. Tida kondisi yang pada umumnya sering muncul saat salah saji yang
disebabkan oleh kecurangan adalah
-
Insentif
atau tekanan
-
Kesempatan
-
Perilaku/
rasionalisasi
Untuk menilai luas dimana ketiga
kondisi kecurangan ini hadir, auditor harus mempertimbangkan yang berikut :
-
factor
resiko khusus yang berhubungan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aktiva
-
Semua informasi yang diperoleh mengenai
perusahaan dan industrinya
-
Respon
pertanyaan auditor dari manajemen tentang pandangan mereka tentang resiko
kecurangan serta tentang program dan pengendalian untuk membahasnya.
-
Hasil
prosedur analitis yang diperoleh selama perencanaan menunjukan kemungkinan
tidak jujur
-
Pengetahuan yang diperoleh melalui hal
seperti penerimaan klien dan keputusan retensi.
Saat
salah saji akibat kecurangan teridentifikasi, maka audito dapat meresponnya
dengan 3 (tiga) cara :
- Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mengarah kepada resiko kecurangan yang teridentifikasi
- Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon resiko kecurangan yang teridentifikasi
- Melakukan prosedur untuk mengarahkan resiko manajemen menguasai control
Hubungan antar Resiko dengan Bukti Audit
dan Faktor –faktor yang Mempengaruhi Resiko
Ada hubungan yang searah antara
bukti audit dengan resiko bawaan dan begitu pula dengan resiko pengendalian.
Hubungan searah juga terjadi antara resiko akseptibilitas audit dengan resiko
deteksi terencana. Sebagai
tambahan untuk memodifikasi bukti audit, ada dua cara lainnya dimana auditor
bisa mengubah audit untuk merespon usaha misalnya :
- Perjanjian itu mungkin membutuhkan staff yang lebih berpengalaman
- Perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti daripada biasanya.
Ada batasan utama dalam penerapan
model resiko yaitu kesulitan pengukuran berbagai komponen model. Untuk mengimbanginya,
para auditor mempergnakan istilah –istilah pengukuran yang lebar dan subyektif
seperti tinggi, sedang dan rendah.
Mengevaluasi Hasil
Setelah
auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil
audit dapat dinyatakan pula dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi atas
model resiko audit. Model resiko audit untuk mengevaluasi resiko audit
dinyatakan sebagai berikut :
ACAR=
IR x CR x ACDR
Dimana :
ACAR : Achieved audit Risk, sutau pengukuran
resiko yang dilakukan oleh auditor dan menyatakan bahwa suatu akun dalam
laporan keuangan mengandung salah saji yang material setelah auditor melakukan
pengumpulan bukti audit.
IR : Inherent Risk ( resiko bawaan)
CR : Control Risk ( resiko pengendalian)
ACDR : Achieved detection Risk (resiko
deteksi yang tercapai)
Formula ini menunjukan bahwa terdapat
tiga cara untuk mengurangi tingkat resiko audit
yang tercapai hingga mencapai tingkat resiko yang dapat diterima.
1. Mengurangi tingkat resiko inheren
2. Mengurangi tingkat resiko
pengendalian
3. Mengurangi tingkat resiko deteksi
yang tercapai dengan meningkatkan uji-uji yang substantive.
Penggabungan ketiga jenis factor ini
dilakukan secara subyektif untuk mencapai tingkat resiko audit yang dapat
diterima yang rendah membutuhkan pertimbangan professional yang matang.
Merevisi Resiko-resiko dan Bukti Audit
Perhatian
yang cermat harus diberikan dalam melakukan revisi atas factor-faktor resiko
ketika hasil audit yang secara actual diperoleh tidak sesuai dengan yang
direncanakan sebelumnya. Tidak terjadinya kesullitan apapun pada saat auditor
mengumpulkan bukti audit yang direncanakan serta menyimpulkan bahwa penilaian
atas setiap resiko tersebut telah wajar atau lebih baik daripada pemikiran
pertama kali. Kemudian auditor akan menimpulkan bahwa bukti audit yang cukup
kompeten berhasil dikumpulkan untuk akun atau siklus tertentu.
Dalam
kondisi seperti ini, auditor harus melakukan pendekatan dengan dua langkah:
- Auditor harus merevisi penilaian awal tentang tingkat resikoyang tepat.
- Audiotr harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut tehadap kebutuhan akan bukti audit, tanpa mempergunakan model resiko audit.
Auditor harus melakukan evluasi
dengan sangat hati-hati atas implikasi-implikasi yang akan diperoleh dari
revisi resiko serta melakukan modifikasi bukti audit yang tepat, tanpa
menggunakan model resiko audit.
0 komentar:
Posting Komentar