I.
Sifat Dasar Akuntansi
Komite
AICPA mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah pencatatan, penggolongan, dan peringkasan
transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang
diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik, dalam
membuat pilihan diantara alternative tindakan yang ada.
The Handbook of Accounting
mengidentifikasi berbagai bidang yang memanfaatkan akuntansi yaitu : Laporan
keuangan, penentuan dan perencanaan paajk, audit independen; system-sistem
pemrosesan data dan informasi; akuntansi biaya dan manajemen; akuntansi
pendapatan nasional; dan konsultan manajemen.
Berikut adalah bebrapa pandangan yang telah membentuk
perkembangan akuntansi keuangan:
1.
Akuntansi sebagai sebuah ideologi
Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena
ideologis-sebagai sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan social,
ekonomi, dan politik saat ini. Karl Marx menegaskan bahwa akuntasi melakukan
suatu bentuk dan menjadi sarana untuk mengaburkan-bukan mengungkapkan sifat
sesungguhnya dari hubungan-hubungan sosial yang membentuk usaha produktif.
Akuntansi juga dipandang sebagai mitos, symbol, dan kegiatan ritual yang
mengizinkan penciptaan suatu tatanan simbolis yang di dalamnya aagen-agen
sosial dapat saling berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga mewujud dalam
pandangan umum merupakan bahwa akuntansi juga instrument rasionalisasi ekonomi
dan alat system kapitalisme.
2.
Akuntansi sebagai sebuah bahasa
Persepsi akuntansi sebagai bahasa merupakan persepsi yang
populer dalam buku-buku akuntansi.
Sebagai contoh, Ijiri berpendapat bahwa :
Berbagai aktivitas bisnis suatu perusahaan dilaporkan
dalam laporan akuntansi menggunakan bahasa akuntansi, yang juga sama apabila
disajika dalam surat kabar menggunakan bahasa inggris. Untuk mengungkapkan
suatu kejadian akuntansi tidak hanya sekedar menghadapi risiko akan adanya
kesalahpahaman namun juga menghadapi risiko adanya hukuman terhadap kesalahan
penyajian, kebohongan atau sumpah palsu. Perbandingan laporan perlu dilakukan
untuk memenuhi fungsi bahasa yang efektif, apakah itu dalam bahasa inggris atau
dalam bahasa akuntansi.
Hawes mendefinisikan bahasa sebagi berikut :
Simbol-simbol manusia bukan merupakan tanda-tanda yang
disusun secara acak, yang mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yang
bersifat tertutup dan rahasia. Sebaliknya, simbol-simbol manusia disusun secara
sistematis dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan
penggunaannya.Susunan simbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.
3.
Akuntansi Sebagai Catatan peristiwa yang lalu
Umumnya akuntansi dipandang sebagai sebuah cara penyajian
sejarah perusahaan dan transaksi yang dilakukannya dengan pihak lain. Bagi
pemilik maupun pemegang saham, catatan akuntansi menyediakan sejarah
pertanggung jawaban manajer atas sumber-sumber daya yang disediakan pemilik.
Pengukuran konsep pertanggung jawaban telah dilakukan dri waktu ke waktu.
Bimberg membedakannya dalam empat periode:
- Periode Pure Custodial.
- Periode traditional custodial
- Periode asset-utilization.
- periode open-ended.
Dua periode pertama mengacu pada kepentingan agen untuk mengembalikan
sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal dengan menetapkan
tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi pemeliharaaan (Custodial). Pada
dua periode ini, pengungkapan data keuangan dalam neraca dianggap sudah
memadai. Period eke tiga mengacu pada kepentingan agen untuk menetapkan
inisiatif pemakaian asset secara mendalam agar sesuai dengan rencana yang telah
disepakati. Terakhir, periode open ended berbeda dengan periode asset
utilization dalam hal penetapan pemanfaatan asset yang lebih fleksibel dan
memungkinkan agen untuk merencanakan
aliran pemanfaatan asset.
4.
Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi saat ini
Akuntansi juga dipandang sebagai cara untuk menggambarkan
realiatas ekonomi saat ini. Argumen utama yang mendukung pandangan ini adalah
bahwa baik neraca maupun laporan laba rugi seharusnya didasarkan pada taksiran
yang menggambarkan relitas ekonomi saat ini daripada kos histories. Metode yang
digunakan agar lebih menunjukan realita ekonomi saat ini, lebih difokuskan pada
penetapan harga saat ini dan di masa mendatang daripada penetapan harga di masa
lalu. Tujuan utama dari pandangan akuntansi adalah penetapan pendapatan
sesungguhnya (True Income), suatu konsep yang menunjukkan perubahan
kesejahteraan perusahaan dari suatu period eke periode selanjutnya.
5.
Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi
Akuntansi selalu dipandang sebagai suatu system
informasi. Pandangan ini mengasumsikan akuntansi sebagai suatu proses yang
menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran
komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal). Dengan menggunakan
istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat didefinisi sebagai “Proses
menyandikan sejumlah observasi kedalam bahasa sistem akuntansi, memanipulasi
sinyal sistem pelaporan,dan mengawasandikan (dengan coding) serta
mentransmisikan hasilnya. Pandangan tentang akuntansi ini memberikan manfaat
yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris. Pertama, pandangan
ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan satu-satunya sistem
pengukuran formal dalam organisasi. Kedua, pandangan ini memunculkan
kemungkinan desain sistem akuntansi yang optimal, yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan informasi yang bermanfaat (bagi pengguna). Perilaku pengirim
(sender) merupakan hal yang penting baik dalam reaaksi terhadap informasi yang
disjikan maupun dalam pemanfaatan informasi yang dibuat. Kedua perilaku ini
merupakan subjek penelitian empiris dalam bidang akuntansi keperilakuan.
6.
Akuntansi Sebagai Komoditas
Akuntansi juga dipandang sebagai komoditas yang
dihasilkan dari suatu aktivitas ekonomi. Pandangan ini muncul disebabkan adanya
permintaan informasi khusus, dan para akuntan memiliki kemampuan untuk
permintaan tersebut. Sebagai komoditas umum, akuntansi menjadi dasar ideal
untuk pengaturan, yang berdampak terhadap kebijakan umum dan memantau seluruh
bentuk perjanjian antar organisasi dengan lingkungannya. Pemilihan informasi
akuntansi dan atau teknik akuntansi selanjutnya memiliki pengaruh terhadap
kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat. Akibatnya muncul pasar informasi
akuntansi yang berasal dari adanya penawaran dan permintaan informasi.
II.
Penyusunan dan pembuktian Teori
Walaupun akuntansi merupakan sekumpulan teknik yang dapat
digunakan dalam bidang spesifik, namun praktiknya dilakukan dalam kerangka
konseptual implisit yang terdiri dari prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang
telah diterima oleoh profesi, dikarenakan oleh kegunaan dan logika yang
dikandungnya. Petunjuk yang disebut juga sebagai “prinsip-prinsip akuntansi
berterima umum/PABU” ini mengarahkan profesi akuntansi dalam pemilihan
teknik-teknik akuntansi dan dalam penyiapan laporan keuangan dengan suatu cara
yang diaanggap sebagai praktik terbaik. Dalam menanggapi perubahan lingkungan,
perubahn nilai dan kebutuhan informasi, prinsip-prinsip akuntansi berterima
umum merupakan subjek penilaian kembali yang sifatnya tetap dan subjek analis
kritis. Hal ini ditunjukkan dalam APB Staement No.4, yang menguraikan
prinsip-prinsip sebagi berikut :
Penyajian prinsip-prinsip akuntansi berterima umum
merupakan hasil suatu proses evolusi yang diharapkan terus berlanjut di masa
medatang. Perubahan dapat saja muncul pada setiap tingkatan prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum…
Perubahan terhadap prinsip-prinsip akuntansi berterima
umum dapat dilakukan untuk menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan social,
terhadap pengetahuan dan teknologi baru, dan terhadap permintaan pengguna akan
informasi keuangan yang lebih berguna. Sifat dinamis akuntanssi keuangan-kemampunnya
untuk berubah dalam menanggapi perubahan kondisi-memungkinnya untuik menjaga
dan meningkatkan kegunaan informasi yang dihasilkan.
Proses penyusunan teori akuntansi sebaiknya dilengkapi
pula dengan proses pembuktian
(verification) dan pengesahan (validation) teori. Machlup mendefinisikan proses ini sebagai
berikut :
Pembuktian dalam penelitian dan analis dapat menunjuk
pada bebrapa hal, termasuk kebenaran argument-argumen matematis dan logika,
dapat diterapkannya rumus dan persamaan
yang dibuat, dapat dipercayanya laporan, keautentikan dokumen, alat ataupun
barang-barang peningalan, keckupan barang-barang reproduksi, terjemahan, dan
uraian yang dibuat, keakuratan perhitungan yang lalu dan perhitungan statistic,
bukti-bukti yang menguatkan pelaporan suatu kejadian, kelengkapan dalam
pendataan peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya terjadi, dapat diulangnya
eksperimen yang dilakukan, kekuatan penjelas atau kemampuan untuk memprediksi
hasil.
Pernyataan ini bermakna bahwa teori seharusnya tunduk
terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris untuk membuktikan
keakuratannya.
III.
Sifat Dasar Teori Akuntansi
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan menjelaskan
perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Kita mengasumsikan, atas dasar
keyakinan, bahwa teori akuntansi itu ada. Teori didefinisikan sebagai
“sekumpulan gagasan (konsep), definisi dan dalil yang menyajikan suatu
pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar
variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksi fenomena
tersebut.
Pada awalnya harus diakui bahwa tidak ada teori akuntansi
yang komprehensif ketika itu. Bahkan terdapat teori-teori yang berbeda dan
berkembang, yang disajikan dalam sejumlah literature. Banyak dari teori-teori
tersebut yang muncul karena dipakainya pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam
penyusunan teori akuntansi atau dari upaya perkembangan teori yang sudah ada
sebelumnya dan bersifat setengah jadi (middle range), dari pada melalui pengembangan
suatu teori yang komprehensif.
Dalam hal bagaimana seharusnya para pengguna dan penyaji
data akuntansi berperilaku. Perbedaan ini menyebabkan America Accounting
Association’s Committee on Concept and Standards (or External Financial Report)
menyimpulkan bahwa :
- Tidak ada satupun pengaruh teori akuntansi keuangan yang cukup memadai dalam memenuhi spesifikasi pengguna lingkungan yang luas secara efektif; sehingga
- Yang ada dalam literature akuntansi keuangan selama ini bukanlah teori akuntansi keuangan melainkan sekumpulan teori yang dikumpulkan dari perbedaan-perbedaan dalam spesifikasi pengguna-lingkungan.
E.S. Hendrikson mengunakan definisi “teori” yang dapat
diaplikasikan dalam akuntansi. Berdasarkan Webster’ Third New International
Dictionary, “teori menyajikan “sekumpulan hipotesis, konsep, dan
prinsip-prinsip pragmatis yang saling berkaitan, yang membentuk kerangka acuan
umum untuk suatu bidang penelitian”.
IV.
Metodologi-metodologi dalam penyusunan Teori Akuntansi
Kita sekarang dapat menyimpulkan bahwa suatu teori
akuntansi adlah munglin apabila (1) di dalamnya terdapat suatu kerangka acuan,
seperti yang disarankan oleh hendriksen, dan (2) mengandung tiga elemen :
penyandian fenomena ke dalam penyajian secara simbolis ; manipulasi atau
penggabungan sesuai ketentuan ; dan penerjemahan kembali ke fenomena yang
sesungguhnya, seperti yang disarankan McDonald.
Dalam profesi akuntansi, ada keyakinan yang luas bahwa
akuntansi merupakan suatu seni yang tidak dapat diformilkan dan bahwa
metodologi yang digunakan secra tradisional dalam peyusunan teori akuntansi
merupakan sebuah upaya untuk menilai apa yang terjadi melalui penyusunan
praktik-[raktik akuntansi. Sejumlah teori dengan pendekatan ini yang dinamakan
akuntansi deskriptif atau teori akuntansi deskriptif.
Pendekatan akuntansi deskriptif telah dikritik oleh para
pemdukumg metodologi normative. Teori akuntansi normatif berupaya untuk
menyajikan lebih pada “apa yang seharusnya” (Ougt to be), dari pada “apa yang
terjadi” (What is). Teori dengan pendekatan ini dinamakan akuntansi normatif.
Metodologi deskriptfi berupaya untuk menilai sejumlah
praktik akuntansi yang diaanggap berguna dan metodologi normatif berupaya untuk
menilai sejumlah praktik akuntansi yang seharusnya dapat digunakan.
V.
Pendekatan-pendekatan Non Teoritis
Pendekatan-pendekatan non teoritis biasanya merupakan
pendekatan pragmatis (praktis) dan otoriter (otoritarian).
Pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang
ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat
untuk memberi daran solusi praktis.
Pendekatasn otoritarian dalam penyusunan teori akuntansi,
yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi, terdiri dari penyajian sejumlah
peraturan praktik-praktik akuntansi.
Teori pendekatan akun merasionalisasikan pemilihan
teknik-teknik akuntansi atas dasar upaya untuk mempertahankan persamaan
akuntansi, yang dinamakan persamaan neraca (Balance sheet equation) dan
persamaan profit akuntansi (accounting profit equation).
Persamaaan neraca biasanya dinyatakan dalam :
Asset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik
Persamaan profit akuntansi biasanya dinyatakan dalam :
Profit Akuntansi = Pendapatan – Kos
Dua persamaan dalam pendekatan akun ini menghasilkan
pengembangan dua posisi dalam proses penyusunan standar, yang dinamakan posisi
berorientasi neraca (balece sheet oriented position) dan posisi berorientasi
profit (profit-oriented position). Dalam setiap kasus, pendekatan ini, seperti
halnya pendekatan pragmatis maupun otoritarian, juga menghadapi kendala
kurangnya landasan teoretis.
VI.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif dalam penyusunan suatu teori akan
dimulai dengan adanya asumsi-asumsi dasar dan hasil penarikan konklusi yang
bersifat logis tentang suatu subjek dengan sejumlah pertimbangan. Dalam
penerapannya di bidang akuntansi, pendekatan deduktif dimulai dengan asumsi
atau dalil dasar akuntansi dan konklusi logis yang diperoleh dari sejumlah prinsip
akuntansi untuk menyajikan petunjuk dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik
selanjutnya. Pendekatan ini bergerak dari kondisi yang bersifat umum ke
spesifik. Apabila pada kondisi ini, asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi
terdiri dari sejumlah tujuanmaupun dalil, tahap-tahap yang digunakan untuk
menjalankan pendekatan deduktif terdiri dari :
- Penetapan tujuan-tujuan pelaporan keuangan.
- Pemilihan dalil-dalil akuntansi.
- penentuan prinsip-prinsip akuntansi.
- pengembangan teknik-teknik akuntansi.
Oleh karenan itu, dalam penentuan teori akuntansi secara
deduktif, teknik-teknik yang dikembangkan akan berhun\bungan dengan
prinsip-prinsip, dalil-dalil, dan tujuan-tujuan melalui sejumlah cara, dan
apabila pendekatan tersebut dilakukan secara benar, maka teknik-teknik tersebut
seharusnya juga benar. Pendefinisian struktur teoritis akuntansi yang dilakukan
melalui serangkaian tersebut didasarkan pada perumusan tujuan akuntansi yang
semestinya.
VII.
Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif dalam penyusunan teori dimulai dengan
serangkaian pengamatan, kemudian pengukuran serta selanjutnya aktivitas untuk
memperoleh suatu konklusi. Apabila diterapkan dalam bidang akuntansi,
pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi
keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutmya akan diperoleh rumusan gagasan
serta prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan tersebut dengan menggunakan
dasar hubungan yang terjadi secara berualang. Argumentasi induktif dikatakan
membawa keterangan-keterangan yang bersifat khusus ke suatu bentuk umum.
Pendekatan induktif dalam penyusunan teori mencakup empat tahap :
- Pencatatan seluruh pengamatan
- penganalisaan dan pengelompokan pengamatan untuk mendeteksi adanya hubungan yang berulang.
- Penginduksian asal mula konklusi-konklusi dan prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan-pengamatan yang menggambarkan hubungan secara berulang.
- Pengujian konklusi-konklusi dibuat.
Dalam proses induksi, kebenaran suatu dalil tergantung
pada pengamatan yang secara memadai menyajiakan contoh adanya hubungan
berualang.
Dengan cara yang sama, kita dapat menyatakan bahwa
dalil-dalil akuntansi yang diperoleh dari konklusi induktif dapat dilahirkan
menjadi teknik-teknik akuntansi yang bersifat khusus hanya apabila terdapat
probabilitas yang lebih tinggi atau lebih rendah, sementara itu, dalil-dalil
akuntansi yang berasal dari simpulan deduktif dapat diarahkan ke teknik-tekink
khusu yamg sudah pasti.
0 komentar:
Posting Komentar